Sabtu, 31 Agustus 2013

tentang silek kumango

sedikit tentang silek kumango dan filosofi umum dalam budaya
minangkabau
kalo ada istilah minang yg agak kurang jelas bisa di tanya ke Uda
Alda :D

==================================================
silat kumango dan filosofi minangkabau

Silat atau biasa di sebut silek dalam dialek minangkabau adalah seni
beladiri masyarakat minang yang juga berperan dalam mendidik manusia
minangkabau untuk menjadi manusia yang mempunyai ketinggian baik
lahir maupun batin (urang nan sabana urang/manusia yang sebenarnya
manusia). Karena dalam tradisi silek minang tidak hanya di ajarkan
untuk membela diri dalam bentuk belajar serangan atau hindaran, tapi
juga di isi dengan materi-materi yang penuh filosofi yang di
simbolkan dalam aplikasi gerakan silat.

Menurut beberapa penelitian di sebutkan bahwa silek minang adalah
hasil kolaborasi dari aliran silat di jaman minang kuno dahulu yang
di sebut gayuang dengan beladiri dari luar minang, antara lain
Harimau Campa, Kuciang Siam, Kambing Hutan, dan Silat Anjing Mualim
dari Persia. Oleh Datuk Suri Dirajo semua unsur itu di rangkum
menjadi satu aliran yang di sebut Silek Usali atau biasa di sebut
Silek Tuo.

Silek Tuo ini memiliki gerakan yang sederhana, sehingga banyak
pandeka - pandeka minang yang memodifikasi gerakan-gerakannya sesuai
dengan pengetahuannya masing-masing, dan di beri nama sesuai dengan
tempat asal silat tersebut atau kemiripan gerakan tersebut dengan
alam sekitarnya (alam takambang manjadi guru), sehingga akhirnya
banyak varian-varian silat minangkabau seperti silek lintau, silek
pauh, silek sungai patai, silek kumango (berdasarkan lokasi), silek
buayo, silek harimau, silek kuciang bagaluik, silek baringin (nama
hewan/tumbuhan), silek starlak, silek sentak (berdasarkan gerakan) dll

Dari sekian banyak jenis silek yang terdapat di minangkabau itu, di
kabupaten Tanah Datar tepatnya di kampung kumango, merupakan tempat
asal silek yang di sebut silek kumango. Silek kumango merupakan salah
satu aliran silek yang termuda, dan juga merupakan salah satu silek
minang yang tumbuh berasal dari lingkungan surau. Silek Kumango di
kembangkan oleh Syekh Abdurahman Al Khalidi yang merupakan mursyid
Tarekat Samaniyah yang melakukan aktifitasnya di Surau Kumango. Perlu
diketahui, Surau Syekh Kumango ini adalah salah satu tonggak penting
dalam penyebaran tarekat khususnya tarekat samaniyah di minangkabau.
Banyak orang yang datang untuk mengambil baiat tarekat ke Surau
Kumango ini, dan sampai saat ini pun Surau Seykh Kumango menjadi
pusat ziarah bagi para murid tarekat samaniyah yang ada di
minangkabau, malaysia, kalimantan, dan sekitarnya.

Nama kecil Syekh Abdurahman Al Khalidi Kumango adalah Alam Basifat,
sejak kecil Alam sudah di kenal sebagai parewa (preman), dan akhirnya
belajar mengaji dan mengkaji termasuk ilmu tarekat. Cabang tarekat
yang dikuasainya adalah Tarekat Samaniyah, Naqsyabandiyah dan
Syatariyah, namun yang di ajarkannya kepada masyarakat dari Surau
Kumango adalah Tarekat Samaniyah. Bakat parewa Syekh Abdurahman ini
rupanya di salurkan dalam bentuk ilmu silat, yang dikemudian hari di
kenal sebagai silat kumango.

Saat ini silek kumango di pimpin oleh Guru Gadang Lazuardi Malin
Maradjo, di bantu oleh beberapa asistennya yang di sebut Guru Tuo,
antara lain Uda Lesmandri, yang juga seorang praktisi tari
kontemporer yang berbasis Silek Kumango.

Filosofi dalam silek kumango antara lain dimulai pada saat penerimaan
murid baru (mangangkat anak sasian) yang di wajibkan untuk memenuhi
syarat-syarat tertentu yang di sebut manatiang syaraik (mengangkat
syarat/sumpah), yaitu dengan membawa barang2 tertentu:

1. membao lado jo garam (membawa cabai dan garam) -->merupakan simbol
agar ilmu yang diperoleh akan melebihi pedasnya cabai dan asinnya
garam
2. pisau tumpul--> sebagai simbol bahwa murid yang baru datang di
ibaratkan sebagai pisau tumpul yang akan di asah di sasaran agar
menjadi tajam
3. kain putiah/kain kafan-->simbol kepasrahan kepada Sang Khalik agar
selalu siap utk kembali kepadaNya
4. jarum panjaik jo banang-->simbol efisiensi, hemat dan tidak boros
5. bareh sacupak-->simbol utk bekal agar mandiri
6. ayam batino-->ayam ini biasanya dipelihara di rumah guru dan
telurnya di ambil utk dimakan bersama-sama

Sebagai mana sebagian besar silek minang lainnya, dalam pola
langkahnya silek kumango juga menganut sistem langkah nan ampek
(langkah empat). Ini di simbolkan sebagai langkah Alif, Lam, Lam, Ha
dan Mim, Ha, Mim, Dal, yang merupakan huruf hijaiyah dalam kalimah
Allah dan Muhammad.

Langkah nan ampek ini adalah bagian dari pituah pituah filosofis
urang minang yang biasa di sebut sagalo nan ampek. Dalam menghadapi
orang atau anak yang susah untuk di atur, para orang tua minang suka
mengatakan mengatakan "indak tau nan ampek" kepada anak2nya, tidak
tahu yang empat, artinya itu adalah sindiran bahwa ia tak tau tentang
yang empat itu.

Ampek macam batang aka
Partamo syariaik
Kaduo tarikaik
Katigo hakikaik
Kaampek makripaik

Urang nan ampek golongan
Partamo niniak mamak
Kaduo cadiak pandai
Katigo alim ulamo
Kaampek bundo kanduang

Adaik nan ampek
Partamo adaik nan sabana adaik
Kaduo adaik nan diadaikkan
Katigo adaik nan taradaik
Kaampek adaik istiadaik

Langkah nan ampek ini juga di simbolkan dengan sifat dari Nabi
Muhammad SAW, yaitu Siddik, Tabligh, Amanah dan Fatonah. Dan banyak
lagi filosofi minang yang terangkum dalam sagalo nan ampek.

Dari sisi ilmu batin, langkah nan ampek ini juga merupakan simbol
dari nafsu manusia yang terdiri dari nafsu ammarah, lawwamah, sufiyah
dan muthmainah. Dan ini juga merupakan awal dari ilmu untuk mencari
saudara batin guna mencari DIRI yang sejati. Ini mirip dengan
pemahaman sedulur papat lima pancer yang ada di tanah jawa. Sehingga
pada akhirnya nanti akan menemukan jati diri manusia yang benar-benar
MANUSIA. Ada empat tingkatan jenis manusia menurut pemahaman
minangkabau yang juga terangkum dalam empat bagian, yaitu : urang,
urang nan takka urang, urang nan ka jadi urang, urang nan sabana
urang.

Selain langkah ampek, dikenal dalam silek minang juga dikenal
filosofi langkah tigo, yang memiliki muatan filosofis serupa dengan
langkah nan ampek, namun bila langkah ampek memiliki muatan agamis,
sebaliknya langkah tigo memiliki muatan adat, yang menjadi landasan
dalam pola pikir masyarakat minangkabau, termasuk dalam seni sileknya.

Adat babarih babalabeh
Baukua jo bajangko
Tungku nan tigo sajarangan
Patamo banamo alua jo patuik
Kaduo banamo anggo tanggo
Katigo banamo raso pareso

Alua jo patuik (alur dan kepatutan/kepantasan) secara singkat adalah
logika, anggo tanggo (anggaran tangga) kedisiplinan, raso jo pareso
(rasa dan periksa) adalah perasaan/olah rasa dan ketelitian/periksa.

Aplikasinya dalam ilmu silek adalah bahwa silek itu haruslah
bersesuaian dengan ilmu pengetahuan/logika/masuk di akal, dalam
mempelajarinya diperlukan kedisiplinan, dan terakhir yang tak kalah
penting adalah pengolahan rasa untuk mempertajam gerakannya.

Dalam silek kumango, pengaruh sufistik dari Syekh Abdurahman juga
tampak dalam filosofi, bahwa setiap serangan haruslah dielakan
terlebih dahulu. Tidak tanggung-tanggung bukan sekali di elakan,
melainkan di elakan sebanyak empat kali.
Elakan pertama di simbolkan sebagai elakan mande, dalam menghadapi
serangan pertama dari seorang musuh, harus di elakan, dianggap
nasihat dari seorang ibu kepada anaknya, jadi kita wajib memahaminya
dan bukan melawannya.
Elakan kedua di simbolkan sebagai elakan ayah, jadi harus dipahami
dan bukan dilawan.
Elakan ke tiga di simbolkan sebagai elakan guru, kita harus
mengumpamakan bahwa itu adalah seorang guru yang sedang marah kepada
kita sehingga wajib di pahami dan tidak dilawan dengan cara
mengelakan serangannya,
Elakan keempat di simbolkan sebagai elakan kawan, yaitu di artikan
bahwa itu adalah seorang kawan yang hendak bermain-main kepada kita
sehingga harus kita pahami dan dalam gerakan silat harus kita elakan.
Baru pada serangan kelimalah seorang pesilat kumango dapat melakukan
gerakan perlawanan, karena pada serangan kelima ini di ibaratkan si
penyerang sudah bersama setan, sehingga wajib bagi kita untuk
menyadarkannya, dalam aplikasi gerakan silat ini bisa dilakukan
dengan gerakan serangan berupa pukulan atau sapuan kaki yang diakhiri
dengan kuncian, dengan catatan bahwa serangan dari kita hendaknya
tidak boleh sampai mencederai lawan, dan bahkan apabila lawan sampai
kesakitan, minta maaf adalah hal yang patut dilakukan.

Dalam diskusi silat kumango beberapa waktu lalu di padepokan TMII
yang diprakarsai oleh rekan2 sahabat silat (www.sahabatsilat.com) ,
ada seorang peserta yang menanyakan bagaimana aplikasi silek kumango
dalam menghadapi lawan yang berada di bawah (jatuh atau menjatuhkan
diri), misalnya saja dalam menghadapi seorang ahli gulat/grappling,
ternyata dalam filosofi silek kumango di sarankan untuk tidak
menyerang lawan yang posisinya sudah berada di bawah.

Dalam pepatah minang ini di simbolkan dengan "alah kanyang ka tambah"
sudah kenyang masih mau nambah, maka yang terjadi adalah hilanglah
rasa kenyang dan tibul rasa sakit perut. Karena lawan yang berada di
bawah di posisikan sebagai lawan yang sudah jatuh, nah menyerang
lawan yang sudah kita jatuhkan bisa mengakibatkan posisi kita malah
menjadi lemah, maka sebaiknya di biarkan lawan sampai bisa berdiri
kembali.

Jurus Silat Kumango :
1. Elakan (kiri luar, dalam)
2. Elakan (kanan luar, dalam)
3. Sambut Pisau
4. Rambah
5. Cancang
6. Ampang
7. Lantak Siku
8. Patah Tabu
9. Sandang
10. Ucak Tanggung
11. Ucak Lapeh

Dalam permainan silek kumango tidak dikenal permainan senjata,
kecuali dalam kembangan yang berbentuk tarian. Sebagai silek yang
berasal dari budaya surau, maka senjata yang dikenal dalam silek
kumango adalah sarung. Jadi selain sebagai alat untuk beribadah,
sarung juga merupakan senjata yang dapat di andalkan. Dalam diskusi
silat kemarin itu Guru Gadang Amak Ar juga memperagakan gerakan
beladiri dengan mempergunakan senjata sarung.

Demikianlah sekilas tentang silek kumango, yang selain berguna dalam
fungsi pembelaadi diri, juga berperan dalam pembentukan moral manusia
minang. Didalam silek ini banyak sekali pituah pituah urang minang
dengan arti yang sangat dalam. Sangat di sayangkan kalau budaya ini
sampai hilang di telan zaman.


Usang usang di pabarui
Nan lapuak di kajangi
Nan senteng di bilai
Nan taserak di kumpuekan
Nan hanyuik di pintehi
Nan takalok di jagokan
Nan hilang di cari



Salam silat indonesia
devil_buddy

--- In silatindonesia@yahoogroups.com, iwan setiawan <wan711225@...>
wrote:
>
> langkah ampe atau langkah empat itu adalah teknik/pola langkah
empat penjuru yang berguna untuk melawan pengeroyokan. hampir semua
silat memiliki langkah empat, di silat Sunda dikenal opat ka lima
pancer, Jawa papat ka limo pancer.
>
> Eddie Jaffry pernah belajar Gerak Saka, tapi di Gerak Gulung
hanya diajarkan pola langkah saja....tak diajarkan yang lain karena
tidak termasuk orang yang berhak (bukan keluarga), itu yang saya
dengar langsung...
>
> bagi yang pernah ikut diskusi Silek Kumango, langkah ampe lebih
jauh dipandang sebagai falsafah....sehingga jika ada orang yang tak
tahu adat maka sindiran bagi orang itu adalah "orang yang tak tahu
langkah ampe"
>
> wans
>
> Amal Ihsan <amalihsan@...> wrote:
> Informasi yhg sy terima, Eddie Jaffry juga sempat belajar
ke Bang Pi'i Gerak
> Saka dan juga ke Gerak Gulung. Yg tau banyak soal ini adalah
sesepuh forum,
> Syekh Habib Nizam Al-Zamzami, yang katanya mengenal langsung Eddie
Jaffry...
>
> On 05/19/2007 02:11 am, Faizal Daoed wrote:
> > Salam..
> > Rekan-2x, saya ingin tanya apakah ada yg tau mengenai Silat
Langkah Empat
> > (sejarahnya dan filosofi tekhnik-2xnya) ?Yang dimaksud langkah
empat itu
> > empat penjuru, empat langkah lawan kalah, ato apa sih ?Waktu itu
Silat
> > tersebut diperkenalkan oleh Pak Eddie Jaffry ke Amerika dithn
80'an. Kalau
> > tidak salah dibilang Silatnya berasal dari Sumatera.
> > Terima kasih sebelumnya,
> > Wasalam,Faizal
> > __________________________________________________________
> > Create the ultimate e-mail address book. Import your contacts to
Windows
> > Live Hotmail.
> > www.windowslive-hotmail.com/learnmore/managemail2.html?locale=en-
us&ocid=TX

Tidak ada komentar:

Posting Komentar